Ekonomi di Indonesia bisa dikembangkan melalui pembangunan daerah. Memberikan pendidikan di luar sekolah kepada masyarakat desa ternyata mampu menggerakkan ekonomi desa atau bahkan kabupaten. Salah satu cara yaitu dengan mengembangkan perpustakaan di tingkat-tingkat desa. Perpustakaan bukan sekadar tempat membaca atau meminjam buku, namun juga bisa menjadi tempat community development bagi masyaalat sekitar.
Coca-Cola foundation Indonesia (CCFI) bekerjasama dengan Bill and Melinda Gates Foundation (BMGF) mengembangkan masyarakat desa di Indonesia melalui pengembangan perpustakaan daerah yang diberi nama PerpuSeru.
Program yang sudah berlangsung sejak 2011 ini telah mengembangkan 118 perpustakaan kabupaten dan desa di 34 kabupaten di Indonesia. Pada tahap atau fase pilot project dari 2012-2015 ini Baik CCFI dan Bill and Melinda Gate Foundation telah menggelontorkan sekitar USD6 juta. Beberapa daerah salah satunya Kabupaten Batang, Jawa Tengah telah sukses menjalankan program ini.
Sukses tahap pilot project membuat CCFI dan BMGF kembali menggelontorkan dana sebesar USD12 juta untuk mengembangkan program ini. Pada tahap ini ditargetkan kemitraan dengan perpustakaan kabupaten maupun desa bisa mencapai 550 di sekitar 99 kabupaten.
“Perluasan Program PerpuSeru ini merupakan lanjutan dari tahap sebelumnya,” kata Direktur Pelaksana Coca Cola Foundation Indonesia Titie Sadarini, di Nusa Dua, Bali Rabu (13/4/2016).
Titie mengatakan, Program PerpuSeru ini telah berhasil mendorong terjadinya perubahan positif pada lebih dari 3,5 juta penduduk Indonesia melalui peningkatan dan berbagai pelatihan berbasis Teknologi informasi dalam perpustakaan.
Titie berharap CCFI bisa merangkul lebih banyak lagi daerah untuk mengembangkan Program ini sehingga bisa mmendukung pembangunan ekonomi daerah.
Guna melanjutkan Program PerpuSeru hingga mencapai 550 perpustakaan daerah, besok CCFI akan menandatangani kerja sama dengan hampir 100 daerah. CCFI memiliki target bisa memfasilitasi atau bermitra dengan 1.000 perpustakaan di daerah-daerah sehingga mampu mendorong kemampuan sekitar 20 juta penduduk Indonesia.
“Tiga pilar dalam PerpuSeru adalah UKM, perempuan, dan pemuda. Dari Tiga itu muaranya pada peningkatan ekonomi,” kata Titie.
Salah satu daerah yang mampu mengembangkan Program ini adalah Kabupaten Batang. Kabupaten di daerah pantai utara Jawa Tengah ini mengikuti program PerpuSeru sejak 2012.Kabupaten Batang termasuk perintis gerakan PerpuSeru yang saat ini memiliki 14 perpustakaan desa sebagai hasil pengembangan dari PerpuSteru di perpustakaan Kabupaten.
“Hasilnya jelas sekali, perpustakaan yang dulu tidak ada komputer sekarang ada, minat baca meningkat, kehadiran ke perpustakaan meningkat sehingga bisa kita replikasi ke desa-desa,” kata Bupati Batang Yoyok Titi Sudibyo di Bali.
Dengan Program ini seolah menjadi pemicu bagi Yoyok untuk mengembangkan perpustakaan di daerahnya untuk meningkatkan perpustakaan baik keliling atau yang sudah ada. Manfaat lain adalah masyarakat Batang sekarang mampu meningkatkan ekonomis secara mandiri karena Yoyok juga mengizinkannya dengan Bengkel Kriya.
Masyarakat bisa belajar berwirausaha dengan belajar dari internet di perpustakaan dan berujar pikir di Bengkel Kriya. “Sekarang di depan rumah dinas bupati setiap sore ada yang jualan kue-kue hasil dari program ini,” kata Yoyok.
Melihat hasilnya yang nyata, maka Yoyok menggelontorkan dana sekitar Rp350 juta untuk mengembangkan PerpuSeru tersebut. Karena dalam PerpuSeru, Masyarakat bukan hanya diajak untuk membaca tapi juga berkreasi dan berinovasi menemukan yang baru. Pun jika ada kendala PerpuSeru juga menjadi sarana mencari solusi. PerpuSeru membantu memberikan empat unit komputer untuk perpustakaan kabupaten dan tiga unit komputer untuk perpustakaan desa. Selain bantuan komputer, CCFI juga memberikan pelatihan kepada masyarakat selama tiga tahun.
Salah satu perpustakaan desa yang sukses berkembang dengan program PerpuSeru adalah Perpustakaan Ngupoyo Pinter di Gunung Kidul, DIY. Perpustakaan yang berdiri sejak 2008 dan dikelilingi kebun sayuran ini bukan saja sebagai taman bacaan anak anak atau masyarakat desa Bandung, Gunung Kidul, tapi juga mampu meningkatkan pengetahuan masyarkatanya tentang pertanian.
“Dari internet saya belajar tehnik bertani yang lebih baik dan pengetahuan ini saya bagi kepada masyaalat yang lain,” kata Suparno pengelola Perpustakaan Ngupoyo Pinter.
Salah satu daerah yang memulai program fase skill up di 2016 ini adalah Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) NTT. Bupati TTS Paulus VR Melly mengatakan daerahnya butuh pengembangan kualitas SDM untuk meningkatkan Ekonomi masyarakat.
Salah satunya dengan pengembangan perpustakaan. Daerah yang 80% penduduknya petani menginginkan peningkatan kemampuan dan pengetahuan bertani. Paulus mengatakan, program perpustakaan sudah menjadi kebutuhan daerah. Dengan adanya PerpuSeru, kata Paulus, harkat hidup masyarakat bisa meningkat.
“Karena perpustakaan dapat memberikan informasi untuk pengembangan aspek kehidupan seperti pertangisan, kesehatan, Ekonomi dan lainnya,” kata Paulus. Paulus yakin dengan program ini bisa membantu percepatan pembangunan daerah TTS.
Sumber : www.sindonews.com